Showing posts with label hipotesis. Show all posts
Showing posts with label hipotesis. Show all posts

Wednesday, February 1, 2012

 HIPOTESIS KRASHEN

Berkenaan dengan proses pemerolehan dan pembelajaran bahasa, Stephen Krashen mengajukan Sembilan buah hipotesis yang saling berkaitan. Kesembilan hipotesis itu adalah:

1. Hipotesis Pemerolehan dan Belajar

Menurut hipotesis ini dalam penguasaan suatu bahasa perlu dibedakan antara pemerolehan (acquisition) dan belajar (learning) pemerolehan adalah penguasaan suatu bahasa melalui cara bawah sadar atau alamiah dan terjadi tanpa kehendak yang terencana. Proses pemerolehan tidak melalui usaha belajar yang formal atau eksplisit. Sebaliknya, yang dimaksud dengan belajar (learning) adalah usaha saadar untuk secara formal dan eksplisit menguasai bahasa yang dipelajari, terutama yang berkenaan dengan kaidah-kaidah bahasa. Belajar utamanya terjadi atau berlangsung di dalam kelas.

2. Hipotesis Urutan Alamiah

Hipotesis ini menyatakan bahwa dalam proses pemerolehan bahasa kanak-kanak memperoleh unsur-unsur bahasa menurut urutan tertentu yang dapat diprediksikan. Urutan ini bersifat alamiah. Hasil penelitian menunjukkan adanya pola pemerolehan unsur-unsur bahasa yang relatif stabil untuk bahasa pertama, bahasa kedua, maupun bahasa asing.

3. Hipotesis Monitor

Hipotesis monitor ini menyatakan adanya hubungan antara proses sadar dalam pemerolehan bahasa. Proses sadar menghasilkan hasil belajar dan proses bawah sadar menghasilkan pemerolehan. Kita dapat berbicara dalam bahasa tertentu adalah karena system yang kita miliki sebagai hasil dari pemerolehan, dan bukan dari hasil belajar. Semua kaidah tata bahasa yang kita lafalkan tidak selalu membantu kelancaran dalam berbicara. Kaidah tata bahasa yang kita kuasai ini hanya berfungsi sebagai monitor saja dalam pelaksanaan (performasi) berbahasa.

Jadi, ada hubungan yang erat antara hipotesis monitor ini dengan hipotesis pertama (tentang pemerolehan dan belajar). Pemerolehan akan menghasilkan pengetahuan implisit (intake) sedangkan belajar akan menghasilkan pengetahuan eksplisit tentang aturan-aturan tata bahasa.

4. Hipotesis Masukan

Hipotesis ini menyatakan bahwa seseorang menguasai bahasa melalui masukan (input) yang dapat dipahami yaitu dengan memusatkan perhatian pada pesan atau isi, dan bukan pada bentuk. Hal ini berlaku bagi semua orang dewasa maupun kanak-kanak, yang sedang belajar bahasa. Hipotesis ini juga menyatakan bahwa kegiatan mendengarkan untuk memahami isi wacana sangat penting dalam proses pemerolehan bahasa; dan penguasaan bahasa secara aktif akan datang pada waktunya nanti.

5. Hipotesis Afektif (Sikap)

Hipotesis ini menyatakan bahwa orang dengan kepribadian motivasi tertentu dapat memperoleh bahasa kedua dengan lebih baik dibandingkan orang dengan kepribadian dan sikap yang lain. Seseorang dengan kepribadian yang terbuka dan hangat aka lebih berhasil dalam belajar bahasa kedua dibandingkan orang dengan kepribadian yang agak tertutup.

6. Hipotesis Pembawaan (Bakat)

Hipotesis ini menyatakan bahwa bakat bahasa mempunyai hubungan yang jelas dengan keberhasilan belajar bahasa kedua. Krashen menyatakan bahwa sikap secara langsung berhubungan dengan pemerolehan bahasa kedua, sedangkan bakat berhubungan dengan belajar. Mereka yang mendapat nilai tinggi dalam tes bakat bahasa, pada umumnya berhasil baik dalam tes tata bahasa. Jadi, aspek ini banyak berkaitan dengan belajar, dan bukan dengan pemerolehan.

7. Hipotesis Filter Afektif

Hipotesis ini menyatakan bahwa sebuah filter yang bersifat afektif dapat menahan masukan sehingga seseorang tidak atau kurang berhasil dalam usahanya untuk memperoleh bahasa kedua. Filter itu dapat berupa kepercayaan diri yang kurang, situasi yang menegangkan, sifat defensive, dan sebagainya, yang dapat mengurangi kesempatan bagi masukan (input) untuk masuk ke dalam system bahasa yang dimiliki seseorang. Filter afektif ini lazim juga disebut mental block.

8. Hipotesis Bahasa Pertama

Hipotesis ini menyatakan bahwa bahasa pertama anak akan digunakan untuk mengawali ucapan dalam bahasa kedua, selagi penguasaan bahasa kedua belum tampak. Jika seseorang anak pada tahap permulaan belajar bahasa kedua dipaksa untuk menggunakan atau berbicara dalam bahasa kedua, maka dia akan menggunakan kosa kata dan aturan tata bahasa pertamanya. Oleh karena itu, sebaiknya guru tidak terlalu memaksa siswanya untuk menggunakan bahasa kedua yang sedang dipelajarinya. Berilah kesempatan pada anak untuk mendapatkan input yang bermakna dan untuk mengurangi filter afektifnya. Dengan demikian, penguasaan bahasa kedua dengan sendirinya akan berkembang pada waktunya.

9. Hipotesis Variasi Individual Penggunaan Monitor

Hipotesis ini yang berkaitan dengan hipotesis ketiga (hipotesis monitor), menyatakan bahwa cara seseorang memonitor penggunaan bahasa yang dipelajarinya ternyata bervariasi. Ada yang terus-menerus menggunakannya secara sistematis, tetapi ada pula yang tidak pernah menggunakannya. Namun, di antara keduanya ada pula yang menggunakan monitor itu sesuai dengan keperluan atau kesempatan untuk menggunakannya. Ada orang yang tidak peduli dengan aturan-aturan tata bahasa dalam menggunakan bahasanya, artinya orang seperti itu tidak pernah menggunakan monitornya. Dia tidak peduli apakah kalimat yang digunakannya itu benar atau salah. Yang penting dia dapat mengungkapkan idenya dalam bahasa yang dipelajari. Model orang seperti inilah yang umumnya lebih cepat dalam belajar bahasa.

Psikolinguistik : Hipotesis Pemerolehan Bahasa

PEMEROLEHAN BAHASA

Pemerolehan bahasa atau akuisisi bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam otak seorang anak-anak ketika dia memperoleh bahasa pertamanyaatau bahasa ibunya. Ada 2 proses yang terjadi ketika kanak-kanak sedang memperoleh bahasa pertamanya, yakni proses kompetensi dan proses performansi. Proses kompetensi adalah proses yang terdiri atas 2 hal, yakni proses pemahaman (kemampuan mengamati & mendengar) dan proses menghasilkan kata-kata. Sedangkan proses performansi adalah kemampuan menghasilkan kalimat-kalimat baru dalam linguistic transformasi generative.


Hipotesis Pemerolehan Bahasa

  1. Hipotesis Nurani: hipotesis ini menyatakan bahwa manusia lahir dengan dilengkapi suatu alat yang memungkinkan dapat berbahasa dengan mudah dan cepat. Karena sukar dibuktikan secara empiris, maka hadirlah suatu hipotesis yang disebut hipotesis nurani (pembawaan sejak lahir). Chomsky & Miller mengatakan bahwa alat khusus yang dimiliki setiap anak-anak sejak lahir untuk memperoleh bahasa ibunya ini disebut sebagai LAD (Language Acquisition Device). Buktinya meskipun masukan yang berupa ucapan kalimat yang salah, namun alat ini mampu memformat dan menghasilkan output berupa ucapan / tata bahasa formal. (Chomsky & Miller)
  2. Hipotesis Tabularasa: hipotesis ini menyatakan bahwa otak bayi pada waktu dilahirkan sama seperti kertas kosong yang annti akan diisi oleh pengalaman-pengalaman. Menurut hipotesis ini, semua pengalaman dalam bahasa manusia merupakan hasil dari peristiwa linguistic yang dialami oleh manusia. Sejalan dengan hipotesis ini, behaviorisme menganggap bahwa pengetahuan linguistic terdiri dari rangkaian yang dibentuk dengan cara Stimulus – Respon. (John Locke).
  3. Hipotesis Kesemestaan Kognitif: menurut hipotesis ini, bahasa diperoleh berdasarkan struktur-struktur kognitif deriamotor. Struktur ini diperoleh anak-anak melalui interaksi sengan benda-benda atau disekitarnya. Pemerolehan bahasa bergantung pada pemerolehan proses-proses kognitif lalu memperoleh lambing-lambang linguistic. (Piaget)